Bandung: Negara Islam
Indonesia (NII)
Komandemen Wilayah
IX konon memiliki tak
kurang dari 170 ribu
jemaah, sebanyak 120
ribu jemaah di
antaranya
terkonsentrasi di
Jakarta yang mayoritas
anggota NII KW IX
adalah mahasiswa,
dalam sebulan mereka
wajib setor Rp 14 miliar.The Unit: Season FourMisguided Promise: Carnival Season Complete 84-89
Ken Setiawan dari NII
Crisis Center dalam
sebuah seminar
bertajuk "Mewaspadai
gerakan NII di Kampus
dan Masyarakat" di
kampus Universitas
Padjadjaran Jatinangor,
Sumedang, Jumat (29/4),
mengatakan gerakan
NII yang awalnya
diproklamasikan oleh
Sekarmadji Maridjan
Kartosuwiryo itu
memang mengalami
pasang surut.
"Pascapenawanan dan
eksekusi Kartosuwiryo
1962 lalu, NII pun
diwarnai dengan
munculnya fraksi-fraksi
baru. Pelencengan
akidah di NII KW IX
mulai terjadi saat Abu
Toto menjadi imam
(1996)," katanya.
Dia berpendapat,
Tauhid RMU yang
merupakan singkatan
dari rububiyah (hukum),
mulkiyah (tempat),
uluhiyah (umat),
merupakan konsep
negara bagi NII, orang-
orang di luar NII
dianggap kafir, dzalim,
dan fasik.
Bentuk-bentuk
penyelewengan akidah
yang terjadi di dalam
NII adalah umatnya
menafsirkan Alquran
sesuai dengan
kepentingan organisasi.
"Mereka membagi salat
menjadi dua yakni salat
ritual dan salat
universal, negara
posisinya dianggap
sama dengan Allah dan
para pemimpinnya
sebagai rasul, dan
mereka menghalalkan
segala cara untuk
memenuhi target," ujar
dia.
Berhaji ke Indramayu
Bahkan, kata dia, para
penganut NII bahkan
melaksanakan haji ke
ibukota negara mereka,
yakni Indramayu.
"Selain persoalan
penyelewengan akidah,
perkembangan NII KW
IX juga ditandai dengan
pengerukan dana besar-
besaran. Organisasi
yang mayoritas
anggotanya mahasiswa
ini memiliki setoran tiap
bulan untuk infak
sebesar Rp 14 miliar,"
katanya.
Angka yang fantastis itu
belum mencakup
delapan pos keuangan
lain.
Dalam proses pencarian
dananya, ada banyak
modus yang biasa
dilakukan. "Umumnya
mereka menggunakan
semua uang yang
dimiliki seperti, uang
saku, tabungan dan gaji,
ada pula yang menjual
barang-barang
berharga, menipu orang
tua dengan alasan
menghilangkan atau
merusakkan barang
teman, membuat surat
palsu
mengatasnamakan
kegiatan kampus,
menyebar proposal atau
meminta sumbangan,
bahkan melalui mencuri
dari orang diluar
kelompok," urai Ken.
Menurut dia, semua
dana yang terkumpul
dari anggota kemudian
dipusatkan di rekening
pribadi Abu
Toto.Dengan sirkulasi
dana yang ada di dalam
tubuh NII, perekrutan
anggota baru menjadi
hal yang sangat krusial
di organisasi tersebut.
Ken menjelaskan,
biasanya untuk
merekrut itu setidaknya
diperlukan dua orang
jemaah, satu orang
pemancing dan lainnya
pengajak. "Pemancing
bertugas menentukan
target, mengawal, serta
memotivasi calon
jemaah. Sementara itu,
pemancing berpura-
pura sebagai calon
jemaah yang juga baru
diajak. Keduanya akan
mengawal calon jemaah
hingga tahap hijrah,
termasuk menginap di
rumah calon jemaah
dan pencarian dana
untuk sedekah," papar
Ken yang diamini
Sukanto, aktivis NII
(1996-2001) dalam
seminar itu.
"Karena itulah kita
sebenarnya bisa
mengidentifikasi
manakala teman atau
saudara-saudara kita
terbujuk untuk masuk
dalam NII. Di antaranya
adalah mereka memiliki
teman baru, jarang
kuliah atau mungkin
cuti, pulang sering telat
tanpa alasan jelas, nilai
menurun drastis,
menghindar dari teman
lama, banyak bohong,
sangat sibuk dan
teleponnya tak berhenti
berdering, mulai
merekrut teman-teman
terdekatnya, dan
menjadi distributor atau
penjual majalah
tertentu," katanya.
(ANT/A038)
Sumber:http://antaranews.com
Indonesia (NII)
Komandemen Wilayah
IX konon memiliki tak
kurang dari 170 ribu
jemaah, sebanyak 120
ribu jemaah di
antaranya
terkonsentrasi di
Jakarta yang mayoritas
anggota NII KW IX
adalah mahasiswa,
dalam sebulan mereka
wajib setor Rp 14 miliar.The Unit: Season FourMisguided Promise: Carnival Season Complete 84-89
Ken Setiawan dari NII
Crisis Center dalam
sebuah seminar
bertajuk "Mewaspadai
gerakan NII di Kampus
dan Masyarakat" di
kampus Universitas
Padjadjaran Jatinangor,
Sumedang, Jumat (29/4),
mengatakan gerakan
NII yang awalnya
diproklamasikan oleh
Sekarmadji Maridjan
Kartosuwiryo itu
memang mengalami
pasang surut.
"Pascapenawanan dan
eksekusi Kartosuwiryo
1962 lalu, NII pun
diwarnai dengan
munculnya fraksi-fraksi
baru. Pelencengan
akidah di NII KW IX
mulai terjadi saat Abu
Toto menjadi imam
(1996)," katanya.
Dia berpendapat,
Tauhid RMU yang
merupakan singkatan
dari rububiyah (hukum),
mulkiyah (tempat),
uluhiyah (umat),
merupakan konsep
negara bagi NII, orang-
orang di luar NII
dianggap kafir, dzalim,
dan fasik.
Bentuk-bentuk
penyelewengan akidah
yang terjadi di dalam
NII adalah umatnya
menafsirkan Alquran
sesuai dengan
kepentingan organisasi.
"Mereka membagi salat
menjadi dua yakni salat
ritual dan salat
universal, negara
posisinya dianggap
sama dengan Allah dan
para pemimpinnya
sebagai rasul, dan
mereka menghalalkan
segala cara untuk
memenuhi target," ujar
dia.
Berhaji ke Indramayu
Bahkan, kata dia, para
penganut NII bahkan
melaksanakan haji ke
ibukota negara mereka,
yakni Indramayu.
"Selain persoalan
penyelewengan akidah,
perkembangan NII KW
IX juga ditandai dengan
pengerukan dana besar-
besaran. Organisasi
yang mayoritas
anggotanya mahasiswa
ini memiliki setoran tiap
bulan untuk infak
sebesar Rp 14 miliar,"
katanya.
Angka yang fantastis itu
belum mencakup
delapan pos keuangan
lain.
Dalam proses pencarian
dananya, ada banyak
modus yang biasa
dilakukan. "Umumnya
mereka menggunakan
semua uang yang
dimiliki seperti, uang
saku, tabungan dan gaji,
ada pula yang menjual
barang-barang
berharga, menipu orang
tua dengan alasan
menghilangkan atau
merusakkan barang
teman, membuat surat
palsu
mengatasnamakan
kegiatan kampus,
menyebar proposal atau
meminta sumbangan,
bahkan melalui mencuri
dari orang diluar
kelompok," urai Ken.
Menurut dia, semua
dana yang terkumpul
dari anggota kemudian
dipusatkan di rekening
pribadi Abu
Toto.Dengan sirkulasi
dana yang ada di dalam
tubuh NII, perekrutan
anggota baru menjadi
hal yang sangat krusial
di organisasi tersebut.
Ken menjelaskan,
biasanya untuk
merekrut itu setidaknya
diperlukan dua orang
jemaah, satu orang
pemancing dan lainnya
pengajak. "Pemancing
bertugas menentukan
target, mengawal, serta
memotivasi calon
jemaah. Sementara itu,
pemancing berpura-
pura sebagai calon
jemaah yang juga baru
diajak. Keduanya akan
mengawal calon jemaah
hingga tahap hijrah,
termasuk menginap di
rumah calon jemaah
dan pencarian dana
untuk sedekah," papar
Ken yang diamini
Sukanto, aktivis NII
(1996-2001) dalam
seminar itu.
"Karena itulah kita
sebenarnya bisa
mengidentifikasi
manakala teman atau
saudara-saudara kita
terbujuk untuk masuk
dalam NII. Di antaranya
adalah mereka memiliki
teman baru, jarang
kuliah atau mungkin
cuti, pulang sering telat
tanpa alasan jelas, nilai
menurun drastis,
menghindar dari teman
lama, banyak bohong,
sangat sibuk dan
teleponnya tak berhenti
berdering, mulai
merekrut teman-teman
terdekatnya, dan
menjadi distributor atau
penjual majalah
tertentu," katanya.
(ANT/A038)
Sumber:http://antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar